#XOfanfic #newseries
The Symphony of Love Part2
Sebelumnya, maaf kalau ada salah-salah penulisan kata. Dan kita mau
ngingetin kalau kita pake banyak perspektif, jadi maaf kalau ada
sebagian yang diulang, tujuannya supaya lebih masuk ke cerita. Alurnya
juga maju mundur, jadi hati-hati ya bacanya. Enjoy reading guys ^^
*****
Di sebuah pemakaman di Jakarta. Lee, Nicky dan Claudia masih memandangi
nisan dan gundukan tanah yang masih merah. Tertulis nama Novilia Diandra
di dalam nisan itu. Lee, Nicky dan Claudia terperangkap dalam diam.
Mereka terpenjara dalam agan mereka masing-masing. Angan tentang
kenangan dan harapan yang telah sirna bersama kepergian Novi. Nicky
menyesal dalam diamnya. Sama seperti Lee. Nicky dan Lee sama-sama
terlambat untuk mengatakan apa yang ingin mereka katakan pada Novi.
Sedangkan Claudia diam karena berfikir, bagaimana ia akan menjalankan
amanat terakhir Novi padanya.
*****
Lee memejamkan matanya. Mencoba mengingat saat-saat adik kesayangannya
Novi, marah besar padanya. Saa-saat dimana dia dengan amat sangat
terpaksa meninggalkan adiknya itu beberapa tahun yang lalu.
**
“lo tuh apaan sih kak? kenapa lo mau ninggallin gue sama mama?”bentak Novi sambil memukul meja lalu berdiri.
“gue punya alesan gue sendiri dek!!”balas Lee sambil ikut berdiri.
Pengunjung restoran yang lain langsung meusatkan perhatian kepada dua orang adik-kakak yang sedang membuat keributan ini.
“alesan apa?!”tanya Novi yang masih emosi.
“lo tau sendiri kan kalau gue suka ngedance?!... gue...”
“ohh.. jadi cuma karena itu!! cuma karena uang papa yang bisa bikin lo belajar dance?!!”Novi memotong kata-kata Lee.
“bukan gitu dek! Gue..”kata-kata Lee kembali dipotong oleh adiknya.
“gue apa hah? Udahlah!! Gak usah coba-coba untuk jelasin apa-apa!! Gue
udah ngerti! Dan gue cukup tau aja sama lo kak!! gue peringatin ya!!
Jangan pernah dateng lagi ke gue sama mama!! GUE BENCI SAMA LO!!!”tegas
Novi sambil melangkah pergi menjauhi Lee yang telah membuatnya kecewa.
Lee merasa bersalah pada adiknya. Lee kembali duduk dan mulai membatin.
“lo gak ngerti maksud gue dek. Gue ngelakuin ini juga buat lo sama mama,
bukan cuma karena ego gue aja... gue cuma mau papa bantu gue supaya
jadi lebih sukses aja, gue pura-pura mau tinggal sama dia. Karena kalau
gue gak ngelakuin ini, gue gak akan bisa ngebuat kalian bahagia. Gue
janji! kalau gue udah sukses nanti, gue pasti akan kembali ke lo sama
mama dan gue akan bahagiain kalian”batin Lee.
**
Lee menitikkan air mata mengingat kejadian itu. Dan dengan cepat pula ia menghapusnya.
“andai hari itu gak pernah ada, andai gue gak pernah ngelakuin hal bodoh
itu, andai lo mau dengerin penjelasan gue dek, andai lo bisa ngerti.
Sayang semuanya sekarang tinggal kata ‘andai’ dan gak akan pernah
terwujud. Maaf dek. Kakak menyesal karena terlambat untuk jelasin
semuanya sama kamu dan terlambat untuk ngebuat kamu bahagia”batin Lee.
*****
Claudia dikuasai kesedihan dan kebimbangan. Ada beban yang kini bersarang di hatinya. Pesan terakhir Novi...
**
Suster keluar dari ruang UGD dan menyuruh Claudia untuk masuk menemui
Novi yang sedang diambang kematian. Claudia langsung masuk dan berdiri
di sebelah kanan tempat Novi terbaring lemah. Claudia menggenggam tangan
Novi, mencoba memberi sugesti bahwa Novi pasti kuat lewat genggaman
tangan itu.
“Clau, aku mau titip Nicky sama kamu ya”lirih Novi dengan terbata dan suara lemah.
“kenapa?”
“aku percaya kamu bisa jaga dia buat aku, aku percaya kamu bisa sayangin dia sebesar aku sayang sama dia”lanjut Novi.
“tapi...”kata-kata Claudia dipotong oleh Novi.
“kalau kamu ketemu sama kak Lee nanti, tolong bilang kalau aku minta maaf dan aku udah maafin dia ya”
“pasti aku sampein Nov, tapi kamu juga harus coba untuk bertahan, buat kak Lee, buat Nicky, buat aku”
“maaf, tapi aku gak bisa, ini sudah saatnya, aku mau nemenin mama, Clau”
Claudia hanya diam. Tak lama, Novi benar-benar pergi. Didepan matanya, di dalam genggaman tanganya.
**
“Nov, aku gak janji bisa jagain dan sayangin Nicky. Karena.. karena aku
masih punya Alwin. Andai kamu gak motong kata-kata aku dan mau dengerin
alesan aku, semuanya gak akan jadi seberat ini buat aku. Sekarang... aku
akan biarin Tuhan yang atur semuanya. Saat ini, aku cuma bisa janji,
untuk menghibur Nicky dan membantunya melupakan kesedihanya, gak
lebih”batin Novi sambil sesekali menghapus air mata yang mengalir di
pipinya dengan sapu tangan Nicky. Nicky memberikan sapu tangan itu pada
Claudia saat pemakaman berlasung dan saat Claudia tak dapat membendung
tangisnya.
*****
Langit mulai mengabu dan gemuruh mulai terdengar. Lee akhirnya mengajak Claudia dan Nicky untuk meninggalkan pemakaman.
“udah mau hujan sepertinya, pulang yuk Nick, Clau”ajak Lee pada keduanya.
“gue masih mau disini, kalian balik duluan aja”jawab Nicky.
“serius?”tanya Lee lagi. Nicky hanya menjawabnya dengan anggukkan.
“yaudah, Clau, ayo kakak anter pulang”ajak Lee pada Claudia.
“iya kak, Nov, gue sama kak Lee balik dulu ya. Kak Nicky, kita balik dulu ya, yang kuat, jangan lama-lama disini”
“iya”jawab Nicky.
Lalu Lee dan Claudia meninggalkan Nicky sendirian di pemakaman seperti yang dia inginkan.
*****
Nicky kembali terpaku dalam diam. Bahkan sesekali menitikkan air
matanya. Satu kata. Terlambat. Satu kata yang sama seperti yang ada di
benak Lee.
“tadinya... hari ini aku mau nyatain perasaan aku sama kamu Nov. Tapi
sekarang... kamu sudah pergi. Kenapa secepat ini Nov? Bahkan untuk
bilang aku mencintaimu aja aku gak sempet”ucap Nicky sambil mengelus
nisan Novi.
Hujan mulai turun, namun Nicky tidak memedulikannya.
*****
Lee dan Claudia berjalan berdampingan keluar pemakaman. Hujan mulai
turun perlahan. Claudia dan Lee berlari kecil menuju mobil. Mereka masuk
ke dalam mobil dan mobil langsung melaju menuju rumah Claudia. Di
tengah perjalanan, mereka berbincang singkat.
“kak Lee, sebelum Novi pergi, dia titip pesen sama aku buat kakak”mulai
Claudia memecah keheningan diantara mereka. Lee yang sedang menyetir
jadi mengalihkan pandangannya singkat pada Claudia.
“pesen apa?”tanya Lee.
“Novi minta maaf sama kakak, dia juga bilang, kalau dia udah maafin kakak”jawab Claudia.
“bener Novi bilang kayak gitu?”tanya Lee lagi.
“iya kak”jawab Claudia. Mendengar itu, Lee lalu menghela nafas panjang.
“Novi memang baik, bahkan terlalu baik, harusnya kakak yang minta maaf
sama dia, bukan dia”Lee kembali menitikkan air matanya. Dan dengan
segera pula menghapusnya.
Hening kembali mengisi suasana di dalam mobil. Setelah sampai di depan
rumah Claudia, mobil berhenti. Claudia langsung turun dari mobil Lee
setelah berterima kasih. Dan setelah Claudia turun, Lee melanjutkan
perjalanannya.
*****
Senja pergi bersama mentari yang kembali ke peraduannya. Sang dewi
malampun muncul menggantikannya. Langit masih kelabu, masih sepi, karena
tak ada bintang di sana. Suara gemuruhpun masih menghiasi malam.
Claudia berdiri di balik jendela kamarnya. Menikmati rintik-rintik hujan
yang menenangkan hati dan mengisi sepi. Dia tiba-tiba saja teringat
akan Nicky yang tadi belum mau pergi dari pemakaman. Claudia akhirnya
mencoba menghubungi Nicky, sekedar ingin mengetahui keadaan dan
keberadaannya. Tapi telefonnya tidak dijawab oleh Nicky, dia jadi mulai
khawatir. Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, walaupun di luar hujan,
Claudia akhirnya memutuskan untuk kembali ke pemakaman, ia khawatir
dengan Nicky.
Claudia naik taksi ke pemakaman. Persis di depan pemakaman sebelum
Claudia turun dari taksi, Claudia melihat Nicky. Nicky berjalan lemah
keluar pemakaman di tengah hujan. Claudia langsung turun dari taksi
setelah meminta supir taksi untuk menunggu. Dia membuka payungnya,
keluar dari taksi dan berjalan mendekati Nicky. Claudia memayunyi Nicky,
Nickypun kaget dan menoleh ke arah Claudia.
“kak Nicky kenapa masih disini? Hujan-hujanan pula”tanya Claudia. Nicky
tidak menjawab, dia malah memeluk Claudia lalu tak sadarkan diri.
Claudia melepas payungnya dan menahan Nicky yang sudah tak sadarkan diri
dalam pelukannya. Supir taksi yang memperhatikan Claudia akhirnya
keluar dari taksi dan membantunya membawa Nicky ke dalam taksi. Saat
sudah ada di dalam taksi...
“ke perumahan Puri Mulia aja lagi Pak”ucap Claudia pada supir taksi yang sama-sama basah kuyup karena menolong Nicky tadi.
Taksi akhirnya kembali jalan menuju sebuah perumahan yang dimaksud
Claudia, perumahan tempat dia tinggal. Di dalam perjalan, Claudia hanya
memandangi wajah Nicky yang kini berada dalam pangkuannya. Wajah
kehilangan, wajah yang sudah terlalu lelah menangis.
“kak Nicky itu kalau diliat-liat keren juga, kasian harus kehilangan
Novi secepat ini”batin Claudia yang masih memperhatikan Nicky.
*****
Cahaya mentari mulai merasuk ke dalam kamar lewat celah-celah jendela.
Nicky tersadar, tapi dia bingung karena tidak mengenali tempatnya berada
sekarang. Di atas keningnya ada kompresan. Bajunya juga sudah diganti
dan tidak basah, padahal terakhir dia ingat, dia berada di pemakaman dan
basah kuyup. Nicky mencoba mengingat lagi apa yang terjadi.
“ohh iya... tadi kan ada Claudia, apa ini rumahnya ya?”tanya Nicky pada dirinya sendiri.
Nicky mendengar ada suara piano dan nyanyian. Dia pun bangkit dari
tidurnya, keluar dari kamar yang asing baginya itu dan mencari asal
suara yang menarik perhatiannya. Suaranya semakin jelas, suara seorang
gadis yang merdu sedang meyanyikan lagu “Bukan Cinta Biasa”.
“Alunan piano yang indah dan sempurna, suaranya juga merdu”Nicky semakin mencari-cari asal suara itu.
Nicky menuruni tangga, setelah melewati beberapa anak tangga, dia
melihat seorang gadis berambut lurus panjang sedang mamainkan piano
putihnya dengan cantik. Nicky mendekat untuk memperjelas apa yang dia
lihat sebelumnya. Dan dia melihat Claudia disana. Saat Claudia sudah
selesai memainkan dan menyanyikan lagunya, Nicky menghampiri Claudia
sambil menepukkan kedua telapaknya beberapa kali. Nicky duduk di sebelah
Claudia.
“suara lo bagus juga Clau”puji Nicky sambil tersenyum pada Claudia.
Claudia yang baru pertama kali melihat senyum di wajah Nicky pun mulai
terpesona.
“ahh biasa aja kok kak”balas Claudia agak salah tingkah.
“serius deh, suara lo itu bagus, main pianonya juga keren”puji Nicky lagi.
“ahh lebay ahh kak”
“Nicky aja deh manggilnya, gak biasa gue dipanggil kakak”pinta Nicky.
“serius nih?”
“iya, lagipula kita cuma beda satu tahun kan?”
“iya, kok tau sih kak?”
“tuh kan, kakak lagi”
“hehe iya lupa, tau darimana Nick?”
“tau dari... Novi, dia pernah cerita tentang lo”jawab Nicky sambil
kembali menunjukkan ekspresi kehilangannya setelah mengingat Novi.
*****
Claudia yang merasa sudah salah bicara akhirnya mulai berfikir untuk
mengembalikan lagi senyum di wajah Nicky. Senyum yang bahkan baru dia
liat satu kali. Claudia mulai teringat akan suatu tempat. Tempat
favoritnya dulu, sebelum dia pergi ke Australia. Tempat yang tidak
pernah dia beritahukan pada siapapun, bahkan pada Alwin. Claudia
akhirnya memutuskan untuk membawa Nicky ke tempat itu. Ia berharap dapat
mengembalikan senyum Nicky dengan membawanya kesana.
“ehh Nick, ikut gue yuk!”ajak Claudia. Nicky mengalihkan pandangannya pada Claudia dengan ekspresi datar.
“kemana?”tanya Nicky pada Claudia yang sudah berjalan menjauh darinya menuju sebuah kamar.
Claudia belum menjawab pertanyaan Nicky. dia malah masuk ke kamar
kakaknya, Iras, dan mengambil sebuah jaket disana. Claudia lalu keluar
dan memberikan jaket itu pada Nicky.
“buat apa?”tanya Nicky pada Claudia.
“buat dipake lah, emangnya lo mau keluar rumah pake setelan kayak gitu?”ledek Claudia.
Nicky lalu mengalihkan pandangannya pada pakaian yang ia kenakan. Dan ia
kaget saat melihat setelan bajunya yang hanya sebuah celana jeans
panjang dan sebuah kaos putih polos tipis. Nicky akhirnya memakai jaket
itu dan mengikuti Claudia yang sudah berjalan menuju pintu keluar.
Mereka kini berjalan berdampingan menuju tempat yang Claudia maksud.
*****
Nicky dan Claudia tiba di sebuah taman. Ini hari Rabu, taman tidak
begitu ramai pagi ini. Sambil berjalan mengelilingi taman, mereka
berbincang.
“kenapa lo bawa gue kesini Clau?”tanya Nicky sambil memandangi Claudia singkat.
“gue mau nunjukkin sesuatu yang indah”jawab Claudia sambil tersenyum.
“apa?”tanya Nicky lagi.
Claudia menghentikan langkah kakinya. Nicky yang berdiri di sebelah kiri
Claudia pun ikut menghentikan langkahnya. Claudia menutup matanya,
mencoba menikmati irama sempurna yang Tuhan ciptakan. Nicky hanya
memandangi Claudia dengan pandangan bingung. Claudia membuka matanya
setelah menutupnya untuk beberapa saat dan mengalihkan pandangannya pada
Nicky yang sedang bingung melihat tingkahnya.
“bingung ya?”tanya Claudia. Nicky hanya mengangguk. Lalu Claudia menarik
tangan Nicky untuk duduk di sebuah kursi taman yang terletak di bawah
pohon paling besar di taman itu.
“tutup mata lo”pinta Claudia.
“buat apa?”tanya Nicky bingung.
“tutup aja, lo pasti ngerti nanti”
Nicky akhirnya menuruti permintaan Claudia untuk menutup matanya.
Claudia ikut menutup matanya dan dia mulai bicara panjang lebar.
“alam itu, gak Cuma indah diliat aja, tapi indah juga untuk di dengar.
Coba deh lo dengerin suara hembusan angin, suara tetesan embun, suara
daun kering yang berguguran, serta suara kicauan burung”Claudia
menghentikan kata-katanya sejenak, mencoba membiarkan Nicky mendengarkan
indahnya alam ini.
*****
Nicky mulai memejamkan matanya, entah untuk apa, ia hanya menuruti permintaan Claudia.
“alam itu, gak cuma indah diliat aja, tapi indah juga untuk di dengar.
Coba deh lo dengerin suara hembusan angin, suara tetesan embun, suara
daun kering yang berguguran, serta suara kicauan burung”jelas Claudia
panjang lebar.
Nicky mulai mendengarkan indahnya alam seperti yang telah dideskripsikan
Claudia lewat kata-katanya barusan. Hembusan angin, guguran daun,
kicauan burung dan irama alam lainnya. Dan kenyamanan muncul begitu saja
saat Nicky mendengarkan irama-irama itu.
“gue selalu suka sama irama-irama yang ada di alam ini, mereka jadi
sebuah symphony yang luar biasa indah saat kita mau perhatian untuk
mendengarkannya. Symphony indah ini yang menuntun gue suka sama
musik”lanjut Claudia.
“gue juga suka musik”sambung Nicky sambil membuka matanya perlahan.
“kalau gitu, kapan-kapan kita harus duet bareng yah haha”ajak Claudia sambil menyikut pelan lengan Nicky dan terseyum.
“boleh” balas Nicky sambil tersenyum.
Ia mulai melupakan rasa kehilangannya. Mengisi kekosongan hatinya dengan
mendengarkan symphony luar biasa dari alam dan melihat senyum manis di
wajah Claudia. Entah karena apa dan sejak kapan, rasa kehilangan itu
mulai luntur. Dan setiap dia ada di sisi Claudia, rasa nyaman pun mulai
muncul. Walaupun itu baru beberapa kali, saat ini di taman, saat Claudia
bermain piano dan... saat di pemakaman.
*****
Claudia sudah kembali melihat senyum di wajah Nicky. Dia senang
melihatnya, setidaknya, ia berhasil memenuhi salah satu janjinya pada
Novi, mengembalikan senyum Nicky.
“bisa main alat musik apa aja Clau”tanya Nicky.
“piano, gitar, biola sama saxophone”jawab Claudia.
“wow! Keren banget bisa main semua alat musik itu, serius? Belajar dimana?”tanya Nicky exited.
“serisus deh! kalau piano, udah belajar dari SD, kalau gitar sama biola,
mulai SMP, kalau saxophone waktu high shcool di Australia”jawab
Claudia.
*****
Nicky semakin terpukau mendengar jawaban dari Claudia, hingga akhirnya dia menantang Claudia untuk membuktikan jawabannya itu.
“masih gak percaya gue!”ledek Nicky.
“gue baru bisa percaya kalau gue udah liat sendiri”lanjut Nicky menantang.
“oke, ayo balik lagi ke rumah, gue tunjukin biar lo puas!! haha”jawab Claudia santai.
Mereka akhirnya kembali ke rumah Claudia untuk membuktikan perkataan
Claudia. Di perjalanan pulang, mereka bercanda bersama dan tanpa sadar,
mereka menggenggeam tangan satu dengan yang lain.
*****
Nicky dan Claudia sudah sampai di rumah Claudia, mereka langsung menuju
sebuah ruangan yang biasa Claudia sebut sebagai ruang musik. Ruangan itu
adalah ruangan tempat tadi Nicky melihat seorang gadis dengan cantik
dan sangat apik memainkan piano putihnya. Claudia membiarkan Nicky duduk
di kursi piano dan dia melangkah menuju sebuah lemari.
“lo maunya liat gue main alat musik apa dulu Nick? Disini ada semua kok alat musiknya”tanya Claudia.
“apa ya? piano kan tadi pagi udah, terus kalau gitar sama biola, gue
udah sering liat cewek lain main alat musik itu, gimana kalau saxophone
aja?”tawar Nicky.
“oke”jawab Claudia.
Claudia membuka lemari di depannya, di dalamnya sudah terdapat sebuah
saxophone, dia pun mengeluarkan sxophone nya. Claudia menutup kembali
lemarinya dan melangkah berdiri di depan Nicky. Sebelum Claudia mulai
memainkan saxophonenya, Nicky memandangi gadis itu cukup lama dan saat
itu juga muncul kata ‘cantik’ dalam benaknya.
Claudia menarik nafas panjang, lalu mulai memainkan saxophone miliknya.
Satu lagu yang berjudul ’Bengawan Solo’ Claudia mainkan dengan sangat
cantik. Nicky memandangi Claudia tanpa berkedip. Nicky mulai merasakan
sebuah getaran aneh di dadanya, getaran yang dulu pernah dia rasakan
saat berjabat tangan dengan Novi. Claudia selesai memainkan lagunya,
lalu dia menggantungkan saxophone di lehernya. Nicky seperti merasa
getaran tadi menuntunnya untuk berdiri. Ia mulai melangkah mendekati
Claudia dan kini berdiri persis di depan Claudia. Nicky mulai meraih
tangan Claudia dan menggenggamnya dengan erat. Matanya juga sudah
mengunci mata Claudia lekat.
“Clau, mau jadi pengganti Novi disini gak?”tanya Nicky sambil menepuk pelan dadanya.
“aku... sayang sama kamu”lanjut Nicky sambil mengecup jemari lentik milik Claudia.
~bersambung~
Nice artikel
BalasHapus